Rabu, 30 Mei 2018

Perlibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan Di Era Kekinian

Era kekinian atau era milenial hari demi hari semakin pesat perkembangannya dimana hal tersebut menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar orang tua di Indonesia. Media social khususnya memberikan efek yang berpengaruh banyak dalam pendidikan anak zaman sekarang. Perpustakaan bukan jadi referensi utama dalam menyelesaikan pekerajaan rumah dari sekolah. Tetapi google lah yang sekarang menjadi segalanya.
85885078062646165731
Kasus penculikan anak yang berawal dari perkenalan di facebook, kasus pemerkosaan teman sekelas karna melihat konten pornografi di internet, MLM fitnah diberbagai media sosial dan masih banyak lagi cerita miris dibalik perkembangan era kekinian yang katanya bikin kita ga ketinggalan zaman. Segala hal negative ini membuat banyak orang tua menjadi khawatir.
Coba tanya anak SD zaman now, tau youtube? Instagram? Facebook? Twitter? Blog? Dan sebagainya-sebagainya. Jawabanya “Hello hari gini ga punya facebook?”
Apakah salah era kekinian yang semakin berkembang? Tentu jawabannya TIDAK
Waktu tidak pernah berjalan mundur bersamaan dengan perkembangan zaman, disini pentingnya peran keluarga dalam memberikan pendidikan yang lebih bermanfaat bagi perkembangan anak-anak mereka.
Hampir sama dengan para pemberi saran dimedia social, KONTEN YANG DILIHAT adalah hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua atau keluarga. Tidak ada salahnya jika anak-anak membuka youtube dan menyaksikan video “cara membuat origami” (misalnya) atau “rumus perhitungan bidang datar” atau “cara membuat telur mata sapi”
Kembali lagi PENDAMPINGAN ORANG TUA adalah nomor wahid, sama halnya dengan acara televise saat ini KPI juga sudah menggunakan bebrapa kode untuk konten tertentu misalnya R pada konten tontonan Remaja (13-17 tahun), BO untuk tontonan yang memerlukan bimbingan orang tua, SU untuk semua usia, atau A untuk anak anak (7-12 tahun)., dan D untuk konten dewasa (18 tahun keatas). Peran keluarga sangat diperlukan agar pandangan anak terhadap tontonan dapat diselaraskan dengan pandangan orang tua agar hal negative yang ditangkap oleh seorang anak dapat dibimbing oleh orang tuanya kearah yang lebih positive, bahkan untuk memilih apa yang boleh dan tidak boleh dilihat oleh anak seusianya.
Image result for sahabatkeluarga
Contoh pendidikan sex, apakah salah? Absolutely NOasal sesuai porsinya. Anak 2-5 tahun dimulai dengan pengenalan tentang nama alat kelamin; penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan, lalu ajarkan toilet training dan cara membersihkan alah kelaminnya, pemahaman tentang gender.
Usia 6-12 tahun aarkan tentang norma dan kepatutan, apa yang boleh dan tidak boleh, beri pengetahuan tentang menstruasi dan mimpi basah, tentang sistem reproduksi manusia, norma social yang mudah dipahami, hubungan pertemanan yang sehat. Bahkan banyak artikel ataukonten yang membahas tentang EDUKASI SEK USIA DINI. Jangan sampai pengetahuan tentang sex itu datang dari orang yang salah atau bahkan konten yang salah. Justru sebaiknya keluarga menjadi pemberi informasi pertama tentang hal tersebut. Boleh koreksi kembali jika saya salah.
Era kekinian itu keras kapten, sama seperti batu tapi coba lihat marmer yang cantik dirumah-rumah megah, semua terbuat dari batu; Indah bukan?
Ada yang pernah bilang gini “orang tua mempunyai kontribusi terbesar dalam pembentukan karakter hidup saya” https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4421
Selama peran aktif keluarga terutama orang tua masih ikut andil dalam membimbing perkembangan pendidikan anak, entah itu era old, era kekinian, atau era yang akan datang. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan momok-momok horror di dunia digital hanya sekedar dongeng semata.